Kamis, 22 Januari 2015

PENELITIAN HADIS SUNAN ABI DAUD

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Dewasa ini, sejarah penulisan dan pembukuan hadis dan ilmu hadis telah melewati serangkaian fase historis yang sangat panjang, sejak zaman Nabi Muhammad, sahabat, tabi’in dan seterusnya hingga mencapai puncaknya pada pada abad ketiga hijriah. Perjuangan keras dari para ilmuan hadis dalam menyeleksi hadis telah menghasilkan berbagai metode hingga melahirkan kaidah-kaidah penelusuran hadis. Kaidah-kaidah tersebut pada akhirnya berkembang menjadi ilmu tersendiri yang disebut ilmu hadis.
Untuk kepentingan netralisasi dan sterelisasi hadist, dalam proses dan perkembangan selanjutnya para ulama hadist melakukan upaya serius berupa penyeleksian terhadap hadist dengan menilai para perawi hadist dari berbagai thabaqat secara ketat. Setelah proses ini pun dilalui, hadist tidak secara otomatis selamat dan langsung dipakai atau dijadikan rujukan dalam penetapan hukum Islam
kepentingan penelitian hadis sebagai salah satu sumber ajaran Islam, kejelekan atau kekurangan pribadi peribadi periwayat dalam kaitannya dengan periwayatan hadis sangat perlu dikemukakan, karena penelitian terhadap pribadi periwayat dalam kaitannya penelitian hadis tidak hanya ditujukan kepada hal-hal yang terpuji (ta’dil) saja, tetapi juga hal-hal yang tercela (jarh). Salah satu dasar kritik sanad adalah  ilm al-jarh wa al-ta’dil.  Ilmu ini dipakai untuk menyeleksi kualitas periwayat hadis.
Orang-orang sanad merupakan perawi-perawi hadis, merekalah yang menjadi pokok pembicaraan dalam ilmu rijalul hadis. Dalam kitab Ilmu inilah yang menjadi parameter dalam menilai orang-orang yang ada pada sanad sebuah hadis. Dengan didasarkan pada orang-orang yang ada pada sanad dari sisi  ta’dil  dan  jarh  sehingga dapat memberikan gambarantentang kualitas hadis yang sampaikannya apakah hadis tersebut dapat diterima dan atau ditolak, karena dipastikan bahwa tidaklah mungkin orang-orang yang memiliki integritas tinggi menyampaikan sesuatu yang tidak bersumber dari nabi, inilah yang menjadi landasan pokok dari penelitian rijalul hadis.
Penulisan makalah penelitian ini, penulis akan membahas tentang hadis di dalam kitab sunan abi daud bab taharah no. 2.Penelitian menitiktekankan pada aspek sanad dan matan, untuk menguji status keshahihan hadis tersebut. Apakah layak untuk di jadikan hujjah atau tidak.

B.     Rumusan Masalah
Dari uraian tersebut, penulis akan mengemukakan beberapa permasalahan sebagai berikut :
1.      Apa dan bagaimana penelitian sanad hadis sunan abi daud no. 2 ?
2.      Apa dan bagaimana penelitian Matan hadis sunan abi daud no. 2 ?
3.      Bagaimana pemahaman terhadap hadis sunan abi daud no. 2  ?

C.     Tujuan Penelitian
1.      Untuk mengetahui penelitian sanad hadis sunan abi daud no. 2.
2.      Untuk mengetahui penelitian Matan hadis sunan abi daud no. 2.
3.      Untuk memahami hadis sunan abi daud no. 2.












BAB II
PEMBAHASAN

A.    Penelitian sanad hadis sunan abi daud no. 2.
1.      Sanad
Sanad ialah rantai penutur/rawi (periwayat) hadits. Rawi adalah masing-masing orang yang menyampaikan hadits tersebut. Awal sanad ialah orang yang mencatat hadits tersebut dalam bukunya (kitab hadits); orang ini disebut mudawwin atau mukharrij. Sanad merupakan rangkaian seluruh penutur itu mulai dari mudawwin hingga mencapai Rasulullah. Sanad memberikan gambaran keaslian suatu riwayat[1].
Berdasarkan takhrijul al hadis, Objek penelitian sanad hadis tentang istinja’ (Menyendiri di Tempat yang Sunyi Ketika Buang Air) dalam kitab sunan abi daud bab taharah no. 2. yaitu :
حَدَّثَنَا مُسَدَّدُ بْنُ مُسَرْهَدٍ، حَدَّثَنَا عِيسَى بْنُ يُونُسَ، أَخْبَرَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ عَبْدِ الْمَلِكِ، عَنْ أَبِي الزُّبَيْرِ، عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ، أَنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم كَانَ إِذَا أَرَادَ الْبَرَازَ انْطَلَقَ حَتَّى لاَ يَرَاهُ أَحَدٌ[2]"
Telah menceritakan kepada kami Musaddad bin Musarhad telah menceritakan kepada kami Isa bin Yunus telah mengabarkan kepada kami Isma'il bin Abdul Malik dari Abu az Zubair dari Jabir bin Abdullah bahwasanya Nabi shallallahu 'alaihi wasallam apabila hendak buang hajat, maka beliau pergi hingga tidak ada seorang pun yang melihatnya

Di dalam al Mu’jam al-Mufahras li Alfadz al-Hadits al-Nabawy, hadis tersebut tidak hanya berada dalam 1 (satu) kitab saja, melainkan berada didalam beberapa kitab hadis al-kutub al-Tis’ah. Yang mana bisa lacak dengan dengan penggalan lafad hadis “[3]الْبَرَاز “.
Hadis tersebut berada di kitab sunan ibnu majah no.330, halaman ... juz 1 yang berbunyi :

حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ مُوسَى أَنْبَأَنَا إِسْمَعِيلُ بْنُ عَبْدِ الْمَلِكِ عَنْ أَبِي الزُّبَيْرِ عَنْ جَابِرٍ قَالَ خَرَجْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي سَفَرٍ وَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يَأْتِي الْبَرَازَ حَتَّى يَتَغَيَّبَ فَلَا يُرَى[4]
“Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah berkata, telah menceritakan kepada kami Ubaidullah bin Musa berkata, telah memberitakan kepada kami Isma'il bin Abdul Malik dari Abu Zubair dari Jabir ia berkata; "Kami keluar bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dalam suatu perjalanan, dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tidak buang air besar hingga beliau menjauh dan tidak terlihat”. 

Hadis tersebut berada di kitab sunan ad-Darimi no.17, halaman 25-28, juz 1 yang berbunyi :
أَخْبَرَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ مُوسَى عَنْ إِسْمَعِيلَ بْنِ عَبْدِ الْمَلِكِ عَنْ أَبِي الزُّبَيْرِ عَنْ جَابِرٍ قَالَ خَرَجْتُ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي سَفَرٍ وَكَانَ لَا يَأْتِي الْبَرَازَ حَتَّى يَتَغَيَّبَ فَلَا يُرَى فَنَزَلْنَا بِفَلَاةٍ مِنْ الْأَرْضِ لَيْسَ فِيهَا شَجَرٌ وَلَا عَلَمٌ فَقَالَ يَا جَابِرُ اجْعَلْ فِي إِدَاوَتِكَ مَاءً ثُمَّ انْطَلِقْ بِنَا قَالَ فَانْطَلَقْنَا حَتَّى لَا نُرَى فَإِذَا هُوَ بِشَجَرَتَيْنِ بَيْنَهُمَا أَرْبَعُ أَذْرُعٍ فَقَالَ يَا جَابِرُ انْطَلِقْ إِلَى هَذِهِ الشَّجَرَةِ فَقُلْ يُقَلْ لَكِ الْحَقِي بِصَاحِبَتِكِ حَتَّى أَجْلِسَ خَلْفَكُمَا فَرَجَعَتْ إِلَيْهَا فَجَلَسَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَلْفَهُمَا ثُمَّ رَجَعَتَا إِلَى مَكَانِهِمَا فَرَكِبْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَرَسُولُ اللَّهِ بَيْنَنَا كَأَنَّمَا عَلَيْنَا الطَّيْرُ تُظِلُّنَا فَعَرَضَتْ لَهُ امْرَأَةٌ مَعَهَا صَبِيٌّ لَهَا فَقَالَتْ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ ابْنِي هَذَا يَأْخُذُهُ الشَّيْطَانُ كُلَّ يَوْمٍ ثَلَاثَ مِرَارٍ قَالَ فَتَنَاوَلَ الصَّبِيَّ فَجَعَلَهُ بَيْنَهُ وَبَيْنَ مُقَدَّمِ الرَّحْلِ ثُمَّ قَالَ اخْسَأْ عَدُوَّ اللَّهِ أَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اخْسَأْ عَدُوَّ اللَّهِ أَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثَلَاثًا ثُمَّ دَفَعَهُ إِلَيْهَا فَلَمَّا قَضَيْنَا سَفَرَنَا مَرَرْنَا بِذَلِكَ الْمَكَانِ فَعَرَضَتْ لَنَا الْمَرْأَةُ مَعَهَا صَبِيُّهَا وَمَعَهَا كَبْشَانِ تَسُوقُهُمَا فَقَالَتْ يَا رَسُولَ اللَّهِ اقْبَلْ مِنِّي هَدِيَّتِي فَوَالَّذِي بَعَثَكَ بِالْحَقِّ مَا عَادَ إِلَيْهِ بَعْدُ فَقَالَ خُذُوا مِنْهَا وَاحِدًا وَرُدُّوا عَلَيْهَا الْآخَرَ قَالَ ثُمَّ سِرْنَا وَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَيْنَنَا كَأَنَّمَا عَلَيْنَا الطَّيْرُ تُظِلُّنَا فَإِذَا جَمَلٌ نَادٌّ حَتَّى إِذَا كَانَ بَيْنَ سِمَاطَيْنِ خَرَّ سَاجِدًا فَحَبَسَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَالَ عَلَيَّ النَّاسَ مَنْ صَاحِبُ الْجَمَلِ فَإِذَا فِتْيَةٌ مِنْ الْأَنْصَارِ قَالُوا هُوَ لَنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ فَمَا شَأْنُهُ قَالُوا اسْتَنَيْنَا عَلَيْهِ مُنْذُ عِشْرِينَ سَنَةً وَكَانَتْ بِهِ شُحَيْمَةٌ فَأَرَدْنَا أَنْ نَنْحَرَهُ فَنَقْسِمَهُ بَيْنَ غِلْمَانِنَا فَانْفَلَتَ مِنَّا قَالَ بِيعُونِيهِ قَالُوا لَا بَلْ هُوَ لَكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ أَمَّا لِي فَأَحْسِنُوا إِلَيْهِ حَتَّى يَأْتِيَهُ أَجَلُهُ قَالَ الْمُسْلِمُونَ عِنْدَ ذَلِكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ نَحْنُ أَحَقُّ بِالسُّجُودِ لَكَ مِنْ الْبَهَائِمِ قَالَ لَا يَنْبَغِي لِشَيْءٍ أَنْ يَسْجُدَ لِشَيْءٍ وَلَوْ كَانَ ذَلِكَ كَانَ النِّسَاءُ لِأَزْوَاجِهِنَّ[5].
“Telah mengabarkan kepada kami Ubaidullah bin Musa dari Isa bin Abdul Malik dari Abu Az Zubair dari Jabir Radliyallahu'anhu, ia berkata; saya keluar bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dalam satu perjalanan dan beliau apabila hendak buang hajat selalu bersembunyi hingga tidak kelihatan. Ketika itu kami sedang berada pada tanah lapang yang luas yang tidak ada pepohonan atau pun tanda kehidupan lalu beliau berkata: wahai Jabir ambillah air dengan bejanamu, dan marilah kita teruskan perjalanan.
Kata Jabir, kami terus melanjutkan perjalanan hingga tidak terlihat. Tiba-tiba ada dua pohon yang jarak antara keduanya empat hasta. Beliau bersabda: Tolong kamu dekati pohon itu, ajaklah bicara, niscaya dia menjawab, katakanlah padanya 'temuilah pohon sebelahmu hingga aku bisa duduk di belakang kamu berdua'. Pohon itu mendekati (temannya, pohon sebelahnya) dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam duduk di belakang keduanya, kemudian kedua pohon itu kembali ke tempat masing-masing. Selanjutnya kami menaiki tunggangan kami, dan seakan-akan di atas kami ada seekor burung yang menaungi kami, lalu seorang perempuan bersama bayinya mencegat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, ia berkata; wahai Rasulullah sesungguhnya anak saya ini selalu diganggu syaitan setiap hari tiga kali. Jabir berkata; lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengambil bayi tersebut dan meletakannya di depan kendaraannya lalu beliau berkata; pergilah hai musuh Allah! saya adalah Rasulullah. Rasul mengucapkannya sebanyak tiga kali. Kemudian beliau mengembalikannya kepada perempuan tersebut. Tatkala kami kembali dari perjalanan, kami melewati jalan semula, dan seorang perempuan bersama anaknya telah mencegat kami bersama dua domba yang digiringnya. Kemudian ia berkata; "Wahai Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam terimalah hadiah dari saya ini, demi Dzat yang mengutus baginda dengan benar sungguh syaitan itu tidak datang lagi. " Beliau berkata: ambilah satu dan kembalikan yang satunya kepadanya.
Kemudian kami terus melanjutkan perjalanan dan burung seolah-olah memayungi kami, tiba-tiba ada unta melarikan diri, namun saat ia sampai pada dua rerimbunan pohon, ia langsung merunduk bersujud dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menangkapnya. Rasul bertanya kepada orang-orang: "Kemarilah hai orang-orang, siapa pemilik unta ini? Maka beberapa pemuda dari kaum Anshar menjawab; ia milik kami wahai Rasulullah, beliau bertanya: apa yang sedang dialaminya? Mereka menjawab; kami telah lelah mengurusnya selama dua puluh tahun dan ia telah mempunyai banyak lemak (sudah menjadi gemuk) maka kami ingin menyembelihnya serta ingin membagikannya diantara anak-anak kami, akan tetapi ia kabur dari kami. Beliau berkata: "baiklah, kalau begitu jual saja kepada saya. ". Mereka menjawab; "Ohh, nggak usah baginda, tetapi cukuplah unta itu sebagai (hadiah) untuk baginda. Nabi berujar; "Baiklah, jika ia milik saya maka berlaku baiklah kepadanya, sampai tiba ajalnya. Pada saat itu kaum muslimin berkata; Wahai Rasulullah kami lebih berhak untuk bersujud kepada baginda dari binatang, beliau bersabda: Tidaklah berhak satu (makhluk) bersujud kepada makhluk (lainnya), kalau sekiranya hal itu boleh maka para wanita diperkenankan sujud kepada suami-suami mereka.”

2.      Ranji atau Pohon sanad
3.      Kebersambungansanad

a.       Jalur periwatan Abu Daud[6]
1.    مسدد بن مسرهد بن مستورت[7]
تاريخ الوفاة ۲۲۷ هجرية
الشيوخ-إسماعيل بن إبراهيم بن مقسم-أمية بن خالد الاسود بن هدبة-بشر بن المفصل بن لا حق-يحي بن سعيد بن فروخ– وعيسى بن يو نس
التلا ميذ- البخري – ؤابو داود -إبراهيم بن يعقوب بن إسحاق-محمد بن احمد بن الحسن بن مدوية-محمد بن محمد بن خلاد
 قال ابو زرعة : قال لي احمد بن حمبل : مسدّد : صدوق
وقال عبدالرحمان بن ابي حاتم : سئل ابي عنه , فقل : كان ثقة
2.    عيس بن يو نس بن ابي اسحاق السبيعي ابو عمرو[8]
تاريخ الوفاة ۱۹۱ هجرية
الشيوخ- الاخضر بن يونس – أسامة بن زيد اللّيش – أخيه أسرائيل بن يونس – اسماعيل بن أبي خالد -  اسماعيل بن عبد الملك بن أبي الصّفير الاّسديّ - اسماعيل بنمسلم
التلا ميذ- محمد بن مهران الجمال الرّازيّ – محمد بن مؤسي بن أعبين – مخلد بن مالك السلمسيني – مروأن بن محمد اطاطري –مهدي ابن الرّازي – عبد الله بن مسلمة القعنبي - مسدّد بن مسر هد
 قالحنبل بن اسحاق عن احمد بن حمبل, وابو حاتم ويعقوب بن شية, وابن خراش : ثقة
وقال ابو بكر الاثرم عن أحمد بن حنبل : كان عيس بن يونس يسند حديث الهدية والناس ير سلونة.
3.    اسماعيل بن عبد الملك بن أبي الصّفير الاّسديّ[9]
تاريخ الوفاة ( ) هجرية
الشيوخ-سعيد بن جبير –عبد الله بن أبي مليكة – ابي امية عبد الكربم بن ابي المخارق البصري – عطاء بن ابي رباح – علي بن ربيعة الوالبي – ابي الزبير محمد بن مسلم المكي – ميمون بن ابي طالب.
التلا ميذ- خلاد بن يحي – سفيان الثّوري – عامر بن مدرك الحارثي – عبد الله بن داود الخريبي – عبد الحميد ابن عبد الرحمان الحمّاني – عبد الله ابن موسى- عيس بن يو نس بن ابي اسحاق السبيعي ابو عمرو.
 قالالبخاري : يكتب حديثه
وقال ابو حاتم بن حبان : يقلب ما يروى
4.    أبي الزبير محمد بن مسلم بن تدرس[10]
تاريخ الوفاة ۱۲۸ هجرية
الشيوخ-جابر بن عبد الله بن عمروبن حرام بن ثعلبة بن كعب بن غنم بن سلمة بن سعد بن عليّ بن أسد بن ساردة ابن تزيد بن جشم بن الخزرج
التلا ميذ–ملك بن انس – وغيره
 قالالامام الشافعى رحمه الله : ابو الزبير يحتاج الى دعا مة. وهكذا تكللم فيه بعضهم ووثقة الجمهور.
5.    جابر بن عبد الله بن عمروبن حرام بن ثعلبة بن كعب بن غنم بن سلمة بن سعد بن عليّ بن أسد بن ساردة ابن تزيد بن جشم بن الخزرج[11].
تاريخ الوفاة ۹۶ هجرية فى المدينة
الشيوخ-النبي صلى الله عليه وسلّم – خالد بن الوليد – طلحة بن عبد الله – عبد الله بن انيس – علي بن ابي طاليب – عماربن ياسر – عمر بن الخطاب.
التلا ميذ- ابراهيم بن عبد الله بن قارط – ابراهيم ابن عبد الرحمان بن عبد الله بن أبي ربيعة المخزومي -  اسماعيل بن بشير – مجاهد ابن جبر – محارب بن حكيم.
 قالابو معاوية ‚ عن أبي سفيان , عن جابر : كنت امتح صحابي الماء يوم بدر.
وقال محمد بن سعيد : ذكرت لمحمد بن عمر هذا الحديث , فقال : هذا وهم من أهل العراق, وانكر أن يكون جابر شهد بدراً.

2.      Jalur periwayatan Ibnu Majah[12]
1.    أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ[13]
تاريخ الوفاة هجرية
الشيوخ-شريك بن عبد الله
التلا ميذ- البخاري وغيره وقد تقدّم فى الاسماء
قال ابو داود : ثقة
وقالالنسائي فى كتاب ((الكنى)) ابو بكر عبد الله بن شعيب بن الحبحات لا باس به
2.    عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ مُوسَى بن ابى المختار[14]
تاريخ الوفاة ۲۱۳هجرية
الشيوخ-ابراهيم اسماعيل بن مجمع – واسامة بن ريد اللثي – واسرائيل بن يونس –اسماعيل بن ابى خالد - اسماعيل بن عبد الملك بن أبي الصّفير الاّسديّ
التلا ميذ– البخاري – ابرهيم بن دينار البغدادى- ابراهيم بن يعقو الجوزحاني - ابرهيم بن يو نس بن محمد المؤدب عبد الله بن منير المروري.
قال ابو بكر ابن حيثمه عن يحيى بن معين : ثقة
وقالابو حاتم : صدوق . ثقة . حسن الحديث. وابو نعيم اتقف منه وعبيد الله اثبتهم فى اسراعيل, كان اسراعيل يأتيه فيقرأ عليه القران.
3.    اسماعيل بن عبد الملك بن أبي الصّفير الاّسديّ[15]
تاريخ الوفاة ( ) هجرية
الشيوخ-سعيد بن جبير – عبد الله بن أبي مليكة – ابي امية عبد الكربم بن ابي المخارق البصري – عطاء بن ابي رباح – علي بن ربيعة الوالبي – ابي الزبير محمد بن مسلم المكي – ميمون بن ابي طالب.
التلا ميذ- خلاد بن يحي – سفيان الثّوري – عامر بن مدرك الحارثي – عبد الله بن داود الخريبي – عبد الحميد ابن عبد الرحمان الحمّاني – عبد الله ابن موسى- عيس بن يو نس بن ابي اسحاق السبيعي ابو عمرو.
 قالالبخاري : يكتب حديثه
وقال ابو حاتم بن حبان : يقلب ما يروى
4.    أبي الزبير محمد بن مسلم بن تدرس[16]
تاريخ الوفاة ۱۲۸ هجرية
الشيوخ-جابر بن عبد الله بن عمروبن حرام بن ثعلبة بن كعب بن غنم بن سلمة بن سعد بن عليّ بن أسد بن ساردة ابن تزيد بن جشم بن الخزرج
التلا ميذ–ملك بن انس – وغيره
قال الامام الشافعى رحمه الله : ابو الزبير يحتاج الى دعا مة. وهكذا تكللم فيه بعضهم ووثقة الجمهور.
وقال
5.    جابر بن عبد الله بن عمروبن حرام بن ثعلبة بن كعب بن غنم بن سلمة بن سعد بن عليّ بن أسد بن ساردة ابن تزيد بن جشم بن الخزرج.[17]
تاريخ الوفاة ۹۶ هجرية فى المدينة
الشيوخ-النبي صلى الله عليه وسلّم – خالد بن الوليد – طلحة بن عبد الله – عبد الله بن انيس – علي بن ابي طاليب – عماربن ياسر – عمر بن الخطاب.
التلا ميذ- ابراهيم بن عبد الله بن قارط – ابراهيم ابن عبد الرحمان بن عبد الله بن أبي ربيعة المخزومي -  اسماعيل بن بشير – مجاهد ابن جبر – محارب بن حكيم.
 قال ابو معاوية ‚ عن أبي سفيان , عن جابر : كنت امتح صحابي الماء يوم بدر.
وقال محمد بن سعيد : ذكرت لمحمد بن عمر هذا الحديث , فقال : هذا وهم من أهل العراق, وانكر أن يكون جابر شهد بدراً.

3.      Jalur periwayan Ad Darimi[18]
1.    اسماعيل بن عبد الملك بن أبي الصّفير الاّسديّ[19]
تاريخ الوفاة ( ) هجرية
الشيوخ-سعيد بن جبير – عبد الله بن أبي مليكة – ابي امية عبد الكربم بن ابي المخارق البصري – عطاء بن ابي رباح – علي بن ربيعة الوالبي – ابي الزبير محمد بن مسلم المكي – ميمون بن ابي طالب.
التلا ميذ- خلاد بن يحي – سفيان الثّوري – عامر بن مدرك الحارثي – عبد الله بن داود الخريبي – عبد الحميد ابن عبد الرحمان الحمّاني – عبد الله ابن موسى- عيس بن يو نس بن ابي اسحاق السبيعي ابو عمرو.
 قالالبخاري : يكتب حديثه
وقال ابو حاتم بن حبان : يقلب ما يروى
2.    أبي الزبير محمد بن مسلم بن تدرس[20]
تاريخ الوفاة ۱۲۸ هجرية
الشيوخ-جابر بن عبد الله بن عمروبن حرام بن ثعلبة بن كعب بن غنم بن سلمة بن سعد بن عليّ بن أسد بن ساردة ابن تزيد بن جشم بن الخزرج
التلا ميذ–ملك بن انس – وغيره
قال الامام الشافعى رحمه الله : ابو الزبير يحتاج الى دعا مة. وهكذا تكللم فيه بعضهم ووثقة الجمهور.
وقال
3.    جابر بن عبد الله بن عمروبن حرام بن ثعلبة بن كعب بن غنم بن سلمة بن سعد بن عليّ بن أسد بن ساردة ابن تزيد بن جشم بن الخزرج.[21]
تاريخ الوفاة ۹۶ هجرية فى المدينة
الشيوخ-النبي صلى الله عليه وسلّم – خالد بن الوليد – طلحة بن عبد الله – عبد الله بن انيس – علي بن ابي طاليب – عماربن ياسر – عمر بن الخطاب.
التلا ميذ- ابراهيم بن عبد الله بن قارط – ابراهيم ابن عبد الرحمان بن عبد الله بن أبي ربيعة المخزومي -  اسماعيل بن بشير – مجاهد ابن جبر – محارب بن حكيم.
 قال ابو معاوية ‚ عن أبي سفيان , عن جابر : كنت امتح صحابي الماء يوم بدر.
وقال محمد بن سعيد : ذكرت لمحمد بن عمر هذا الحديث , فقال : هذا وهم من أهل العراق, وانكر أن يكون جابر شهد بدراً.
Dari penjabaran atas penelitian sanad diatas, dengan melihat keersambungan sanad di dalam tiga kitab sunan abi daud, sunan ibnu majah dan sunan ad darimi dan ke ثقةpara-para perawinya maka dapat ditarik kesimpulan bahwa hadis no. 2 sunan abu daud ini صحيحdan layak dijadikan sebagai hujjah.

B.     Penelitian matan hadis sunan abi daud no. 2.
Matan ialah redaksi dari sebuah hadits[22]. Hadis yang penulis teliti adalah Hadis tentang istinja’ (Menyendiri di Tempat yang Sunyi Ketika Buang Air)  dalam kitab sunan abi daud bab taharah no. 2. Dengan matan
 “كَانَ إِذَا أَرَادَ الْبَرَازَ انْطَلَقَ حَتَّى لاَ يَرَاهُ أَحَدٌ
Yang bermakana “apabila hendak buang hajat, maka beliau pergi hingga tidak ada seorang pun yang melihatnya” tidak bertentangan dengan ayat al-Quran.
Dalam hadis lain yang menjelaskan hal istinjak dengan matan :
لاَيأتِى البَرَارَحَتَّ يَتَبَغَيَّبَ فَلاَ ى
Yang bermakna “beliau tidak menuaikan hajatnya ditempat terbuka,namun beliau pergi ketempat yang jauh sampai tidak nampak dan terlihat”.Tidak bertentangan dengan hadis tentang istinja’ (Menyendiri di Tempat yang Sunyi Ketika Buang Air)  dalam kitab sunan abi daud bab taharah no. 2.
Dengan berkembannya zaman dan ilmu pengetahuan, untuk buang air besar maupun kecil, sekarang sudah diciptakan tempat untuk buang air besar maupun kecil, dengan spesifikasi tertutup dari hal layak ramai yang sering kita sebut WC (water closed). dengan ketentuan tidak menghadap kiblat, sehingga tidak bertentangan dengan Hadis tentang istinja’ (Menyendiri di Tempat yang Sunyi Ketika Buang Air)  dalam kitab sunan abi daud bab taharah no. 2.
 Dari perbandingan-perbandinan yang telah dilakukan, bahwa tidak ada pertentangan antar Al-Quran, hadis yang setara keshahihanya dan perkembangan ilmu pengethuan tidak bertentangan dengan Hadis tentang istinja’ (Menyendiri di Tempat yang Sunyi Ketika Buang Air)  dalam kitab sunan abi daud bab taharah no. 2. Maka dapat disimpulkan bahwa matan tersebut shahih.

C.     Pemahaman hadis sunan abi daud no. 2.
كَانَ إِذَا أَرَادَ الْبَرَازَ انْطَلَقَ حَتَّى لاَ يَرَاهُ أَحَدٌ
“apabila hendak buang hajat, maka beliau pergi hingga tidak ada seorang pun yang melihatnya”
Dari paparan hadis di atas, dapat kita pahami bahwa untuk buang hajat kita harus mencari tempat yang tidak bisa di lihat orang lain karena itu juga bermaksud menjaga kemaluan kita dari orang lain.
Buang hajat merupakan rutinitas amaliyah yang sering dilakukan semua orang.Adanya tuntunan dalam masalah buang hajat ini menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang sangat sempurna. Tidak ada yang tersisa dari problematika umat ini, melainkan telah dijelaskan secara gamblang oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam. Tak heran, jika kaum musyrikin pernah terperangah seraya berkata kepada Salman Al-Farisi radhiallahu ‘anhu: “Sungguh Nabi kalian telah mengajarkan segala sesuatu sampai-sampai perkara adab buang hajat sekalipun.”(HR. Muslim No. 262)
Maka alangkah baiknya bila kita mengetahui adab-adab buang hajat sesuai dengan tuntunan syari’at Islam yang mulia ini.Diantara adab-adab tersebut adalah:
1.      Berdo’a Sebelum Masuk WC
2.      Mendahulukan Kaki Kiri Ketika Masuk WC Dan Mendahulukan Kaki Kanan Ketika Keluar
3.      Tidak Membawa Sesuatu Yang Terdapat Padanya Nama Allah subhanahu wata’ala Atau Ayat Al-Qur`an kedalam WC.
4.      Berhati-hati Dari Percikan Najis
5.      Tidak Menampakkan Aurat
6.      Tidak Beristinja’ dengan Tangan Kanan
7.      Boleh Bersuci dengan Batu (Istijmar)
8.      Larangan Beristinja’ dengan Tulang dan Kotoran Binatang
9.      Tidak Menghadap Atau Membelakangi Kiblat Ketika Buang Hajat
10.  Berdo’a Setelah Keluar WC

BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dari hasil  penelitian sanad diatas, dengan melihat keersambungan sanad di dalam tiga kitab sunan abi daud, sunan ibnu majah dan sunan ad darimi dan ke tsiqahanpara-para perawinya maka dapat ditarik kesimpulan bahwa hadis no. 2 sunan abu daud ini صحيحdan layak dijadikan sebagai hujjah.
Dari perbandingan-perbandinan yang telah dilakukan, bahwa tidak ada pertentangan antar Al-Quran, hadis yang setara keshahihanya dan perkembangan ilmu pengethuan tidak bertentangan dengan Hadis tentang istinja’ (Menyendiri di Tempat yang Sunyi Ketika Buang Air)  dalam kitab sunan abi daud bab taharah no. 2. Maka dapat disimpulkan bahwa matan tersebut shahih.
Dapat disimpulkan bahwasannya sanad dan matan dari hadis tentang istinja’ (Menyendiri di Tempat yang Sunyi Ketika Buang Air)  dalam kitab sunan abi daud bab taharah no. 2 bisa dijadikan sebagai hujjah karena berstatus shahih karena dari sanad, matan dan dapat dipahami secara akal dan tidak bertentangan dengan aturan al-Quran.
B.     Saran
Penelitian hadis harus terus dikembangkan untuk menggali hukum-hukum yang ada dalam hadis dengan melihat ketersambungan sanad dan keshahihan para perawinya. Agar bisa di jadikan hujjah dalam istimbat hukum dan tidak terkelabuhi oleh para orientalis-orientalis yang ingin menghancurkan islam dengan memalsukan hadis.

DAFTAR PUSTAKA
A.S. Wensinek. Al-Mu’jam al-Mufahras li alfadz al-Hadis al-Nabawy .juz 1. Leiden E.J. Brill.
Abu al-hajjaj yusuf al-mizi. Tahdzibul kamal fi asmaal-Rijal
Solahudin,Agus. Suyadi,agus. Ulumul hadis. Bandung : CV PUSTAKA SETIA. Cet ke-3. 2013.
Syekh muhammad abdul aziz al kindi. Kitab “sunan abi daud”. Terj. Muhammad nashirudin al bani. Jakarta : pustaka azzam. Juz 1. Jilid 1. 2006.
Syekh muhammad abdul aziz al kindi. Kitab “sunan ad-Darimi”. Terj. Muhammad nashirudin al bani. Jakarta : pustaka azzam. Juz 1. Jilid 1. 2007.
Syekh muhammad abdul aziz al kindi. Kitab “sunan ibnu majah”. Terj. Muhammad nashirudin al bani. Jakarta : pustaka azzam. Juz 1. Jilid 1. 2007.

[1] Solahudin,Agus. Suyadi,agus. Ulumul hadis.Bandung : CV PUSTAKA SETIA. Cet ke-3. 2013. h, 89
[2]Syekh muhammad abdul aziz al kindi. Kitab “sunan abi daud”. Terj. Muhammad nashirudin al bani. Jakarta : pustaka azzam. Juz 1. Jilid 1. 2006. H 2
[3]A.S. Wensinek. Al-Mu’jam al-Mufahras li alfadz al-Hadis al-Nabawy .juz 1. Leiden E.J. Brill. H. 17
[4]Syekh muhammad abdul aziz al kindi. Kitab “sunan ibnu majah”. Terj. Muhammad nashirudin al bani. Jakarta : pustaka azzam. Juz 1. Jilid 1. 2007.
[5]Syekh muhammad abdul aziz al kindi. Kitab “sunan ad-Darimi”. Terj. Muhammad nashirudin al bani. Jakarta : pustaka azzam. Juz 1. Jilid 1. 2007. H 25-28
[6]Abu al-hajjaj yusuf al-mizi. Tahdzibul kamal fi asmaal-Rijal
[7]Abu al-hajjaj yusuf al-mizi. Tahdzibul kamal fi asmaal-Rijaljuz27 hal 443-447
[8]Abu al-hajjaj yusuf al-mizi. Tahdzibul kamal fi asmaal-Rijaljuz16 hal 62-67
[9]Abu al-hajjaj yusuf al-mizi. Tahdzibul kamal fi asmaal-Rijaljuz3 hal141-143
[10]Abu al-hajjaj yusuf al-mizi. Tahdzibul kamal fi asmaal-Rijaljuz3 hal322-325
[11]Abu al-hajjaj yusuf al-mizi. Tahdzibul kamal fi asmaal-Rijaljuz 5 hal 443-451
[12]Abu al-hajjaj yusuf al-mizi. Tahdzibul kamal fi asmaal-Rijal
[13]Abu al-hajjaj yusuf al-mizi. Tahdzibul kamal fi asmaal-Rijaljuz3 hal 96-99
[14]Abu al-hajjaj yusuf al-mizi. Tahdzibul kamal fi asmaal-Rijaljuz19 hal 163-166
[15]Abu al-hajjaj yusuf al-mizi. Tahdzibul kamal fi asmaal-Rijaljuz3 hal141-143
[16]Abu al-hajjaj yusuf al-mizi. Tahdzibul kamal fi asmaal-Rijaljuz3 hal 322-325
[17]Abu al-hajjaj yusuf al-mizi. Tahdzibul kamal fi asmaal-Rijaljuz5 hal 443-451
[18]Abu al-hajjaj yusuf al-mizi. Tahdzibul kamal fi asmaal-Rijal
[19]Abu al-hajjaj yusuf al-mizi. Tahdzibul kamal fi asmaal-Rijaljuz3 hal141-142
[20]Abu al-hajjaj yusuf al-mizi. Tahdzibul kamal fi asmaal-Rijaljuz3 hal 322-325
[21]Abu al-hajjaj yusuf al-mizi. Tahdzibul kamal fi asmaal-Rijaljuz5 hal 443-451
[22]Solahudin,Agus. Suyadi,agus. Ulumul hadis. Bandung : CV PUSTAKA SETIA. Cet ke-3. 2013. h, 98 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar